Demak, 26 September 2025 — Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, tempat laut kian merangsek ke daratan, Ihwanudin memilih bertahan.
Saban hari, petani mangrove ini menanam bibit di sela lumpur, memungut sampah plastik yang tersangkut di akar, dan menandai lokasi yang siap disulap menjadi sabuk hijau pelindung kampung.
“Setiap bibit yang saya tanam adalah harapan untuk esok,” ujarnya, menegaskan bahwa perlawanan terhadap abrasi bisa dimulai dari satu tunas kecil.
Bedono di Garis Depan Krisis Pesisir
Pesisir utara Jawa, termasuk Bedono, sejak lama bergulat dengan kombinasi penurunan muka tanah (land subsidence), abrasi, serta banjir rob berkepanjangan.
Di Bedono, jejaknya terlihat nyata, mulai ratusan rumah dan bangunan lenyap ditelan laut, menyisakan tiang listrik terendam, jalan yang berubah jadi kanal, dan bangunan sekolah yang tinggal puing-puingnya saja.
Sejumlah kajian lokal juga menyoroti peran konversi hutan mangrove menjadi tambak pada dekade 1990-an, ditambah aktivitas reklamasi di pesisir Semarang sejak pertengahan 1980-an, sebagai pemicu kerentanan kawasan.
Menolak Pergi, Memilih Menanam
Ketika banyak warga terpaksa relokasi, Ihwanudin mengambil jalan berbeda. Sejak 2017, ia berkeliling perairan dangkal di Bedono: mengumpulkan plastik, menyiapkan ajir (patok), dan menanam bibit pada jam-jam surut.
Tujuannya bukan sekadar “menghijaukan” pesisir, melainkan memulihkan fungsi ekologis mangrove, termasuk menahan gelombang, memerangkap sedimen, menyerap karbon, dan menyediakan habitat asuhan (nursery) bagi ikan, kepiting, hingga udang yang menopang penghidupan warga.
Ilmu di Balik Akar: Mengapa Mangrove Penting
Secara ilmiah, kelompok mangrove, terutama marga Rhizophora yang berakar tunjang, efektif memperlambat energi ombak, menahan sedimen, dan menyerap “karbon biru” dalam jumlah besar.
Sejumlah rujukan menyebut hutan mangrove menyimpan karbon jauh lebih tinggi dibandingkan banyak hutan daratan; ia juga menjadi rumah asuhan bagi beragam biota yang bernilai ekonomi bagi nelayan.
Bagi masyarakat pesisir (dan para mitra perusahaan), ini berarti perlindungan garis pantai plus nilai ekonomi yang nyata bila ekosistemnya terjaga.
Dari Aksi Individu ke Gerakan Kolaboratif
Gerakan Ihwanudin kini menggeliat jadi kolaborasi. LindungiHutan, green stratup yang fokus pada konservasi dan pemberdayaan komunitas, menghubungkannya dengan perusahaan, brand, dan donatur individual.
Hingga Juli 2025, kolaborasi ini telah melahirkan ratusan kampanye yang menanam lebih dari 98.000 bibit di sekitar 4 hektare area pesisir Bedono. Spesies mangrove mayoritas Rhizophora dipilih karena daya tahannya terhadap ombak dan kemampuannya mempercepat pengendapan sedimen.
Tantangan Nyata di Lapangan
Keberhasilan penanaman mangrove bukan berarti tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah sampah plastik yang hanyut dari hulu sungai dan terbawa arus hingga ke pesisir. Sampah ini kerap membelit akar mangrove muda, mengurangi aerasi, memperlambat pertumbuhan, bahkan menekan tingkat keberlangsungan hidup bibit.
Untuk itu, Ihwanudin dan para relawan tidak hanya fokus menanam. Mereka juga rutin melakukan aksi bersih-bersih pesisir, memilah sampah yang bisa diangkut, serta membuat penghalang sementara dari ajir agar aliran sampah tidak langsung menyerbu zona bibit.
“Kami butuh bantuan, butuh tenaga, dana, dan bibit. Ini bukan hanya soal Bedono, tapi tentang melindungi garis pantai Indonesia,” tegas Ihwanudin.
Mengukur Dampak Penanaman
Di lokasi-lokasi yang tertata jalur tanamnya dan terlindungi dari gangguan sampah, barisan Rhizophora mampu memperlambat laju abrasi dengan cara menjebak sedimen halus di antara akar, yang lama-kelamaan membentuk gundukan tanah baru.
Ketika rumpun mangrove menutup celah gelombang, air pasang cenderung lebih “jinak” di belakangnya. Dampak sosialnya pun terasa, termasuk aktivitas perikanan kecil (seperti kepiting dan udang) perlahan kembali di beberapa kantong perairan tenang, menjadi penopang tambahan bagi keluarga nelayan.
Temuan-temuan lapangan semacam ini juga pernah dicatat dalam cerita komunitas Bedono, rumah-rumah yang kini berada “di tengah laut” dan tetap bertahan berkat gotong royong menanam.
Cara Kerja di Lapangan: Rapi, Telaten, Terukur
Agar survival rate bibit meningkat, Ihwanudin dan tim lokal menerapkan langkah-langkah praktis, termasuk di antaranya:
- Seleksi bibit: Rhizophora dengan ukuran batang dan akar awal yang baik; bibit yang terlalu kecil rentan tersapu arus.
- Waktu tanam: Memaksimalkan fase air surut, sehingga bibit sempat “mengunci” sebelum pasang berikutnya.
- Pola tanam: Grid atau barisan rapat di titik konsentrasi gelombang; barisan depan berperan sebagai “pemecah” (sacrificial rows), barisan belakang sebagai penyangga.
- Pemeliharaan: Monitoring berkala, mengganti bibit mati, membersihkan plastik yang tersangkut akar, dan mencatat perkembangan kerapatan.
Pendekatan ini penting karena restorasi pesisir bukan perlombaan menanam terbanyak, melainkan maraton merawat hingga dewasa, sampai rumpun benar-benar berfungsi sebagai “benteng” hijau.
Dukungan ratusan perusahaan dan brand yang ikut menyumbang bibit, menggelar edukasi lingkungan, dan bergotong royong bersama warga memperluas dampak.
Peran ini krusial untuk membiayai perawatan jangka panjang, mulai dari pengadaan ajir, biaya angkutan, logistik relawan, hingga monitoring. Di saat yang sama, pendidikan lingkungan untuk anak dan remaja Bedono memastikan regenerasi penjaga pesisir tetap hidup.
Kabar baiknya, siapa pun bisa ikut serta dengan cara:
- Dukung penanaman melalui kampanye kolaborasi yang dikelola LindungiHutan (pilih lokasi Bedono untuk kontribusi terarah).
- Ikut bersih pantai di titik rawan sampah plastik agar bibit mangrove tak “cekik” di fase awal.
- Sebarkan cerita Bedono, agar lebih banyak pihak tahu bahwa penjagaan pesisir bisa dimulai dari satu bibit, satu keluarga, satu kampung.
Tentang LindungiHutan
LindungiHutan adalah platform konservasi yang memfasilitasi penanaman pohon dan pemberdayaan komunitas. Menurut keterangan resmi mereka, organisasi ini telah memfasilitasi penanaman 1 juta+ pohon di 30+ lokasi dan bermitra dengan 600+ brand/perusahaan dalam berbagai program (Corporatree, Collaboratree, Carbon Offset).
Kata kunci SEO yang disarankan:
ihwanudin bedono, abrasi pantai, penanaman mangrove, krisis pesisir Jawa, konservasi mangrove, solusi abrasi laut